Rabu, 21 September 2011

Formulasi Tablet Sumagesic

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sumagesik adalah analgetik-antipiretik pilihan utama bagi penderita yang peka terhadap asam asetilsalisilat dan obat-obatan sejenis.Sumagesi dua kali lebih aman daripada asam asetilsalisilat dan jauh lebih aman dibandingkan dengan obat-obat analgetik-antipiretik lainnya.Sumagesik tidak menyebabkan iritasi lambung, karenanya dapat diberikan dengan aman kepada penderita-penderita hiperasiditas (pengeluaran asam lambung yang berlebihan), tukak lambung dan gastritis (radang pada lambung).
Sumagesik mengandung parasetamol yang kemanjurannya mirip asetosal, tetapi ia tidak memiliki aktifitas anti-inflasmasi yang berarti. Parasetamol kurang mengiritasi lambung dan karena itu sekarang secara umum lebih disukai daripada asetosal, khususnya pada orang yang lanjut usia.
Sumagesik menyembuhkan rasa sakit dengan cara bekerja pada pusat rasa sakit dalam otak dan mencegah timbulnya rangsangan rasa sakit pada tempat-tempat bersangkutan. Sumagesik juga menurunkan demam dengan cara mempengaruhi pusat pengatur suhu dalam otak untuk menurunkan panas dengan jalan mengeluarkan peluh. Khasiat antipiretiknya hampir dua puluh lima kali lebih hebat daripada aspirin. Sumagesiklebih manjur dan bekerja lebih cepat daripada asam asetilsalisilat sebagai antipiretik.

1.2  Sifat Farmakologi
Ø  Farmakodinamik
Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yang menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.
Efek antiinflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik.Parasetamol merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah.Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa.
Ø  Farmakokinetik
Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh.Dalam plasma, 25% parasetamol terikat plasma protein.Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati.Sebagian asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat.Selain itu obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi.Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrisit.Obat ini dieksresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Ø  Farmakoterapi
Demam yang menyertai flu, pilek, atau infeksi lain, sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot & sendi, artritis reumatoid, osteoartritis, & nyeri yang berhubungan dengan trauma (terpukul, terbentur, teriris, dll) ringan & prosedur pembedahan.    
PERHATIAN
Gagal ginjal & hati.
Interaksi obat : alkohol, antikoagulan oral, Kloramfenikol, Aspirin, Fenobarbital, penginduksi enzim hati, zat-zat yang dapat menyebabkan hepatotoksis.
Ø  Indikasi Obat :
Menyembuhkan rasa sakit seperti sakit kepala, sakit gigi, sakit pada otot dan persendian, rheumatoid arthritis, osteoarthritis dan sakit karena trauma ringan dan tindakan pembedahan, menurunkan demam yang menyertai flu, masuk angin, tonsillitis, tuberculosis infeksi lainnya.
Ø  Dosis :
3- 4x  sehari ; Dewasa : 1 tablet, Anak : 1/ 4 – ½ tablet.
1.3  Sifat Fisika Bahan Aktif
Nama/Sinonim :Nama umum: Asetaminofen, Parasetamol, Asetofenum. Nama kimia: 4-hidroksi asetanilid, p-hidroksi asetanilid, p-asetamidofenol, p-asetaminofenol, pasetilaminofenol, N-asetil-p-amonofenol.
Bentuk :serbuk hablur.
Ukuran :3-13 mm
Rasa :rasa sedikit pahit
Warna :putih
Bau :tidak berbau
Titik leleh : 1690 C sampai 1720 C.

Struktur :



N-Asetil-4-Aminofenol (C8H9NO2)
1.4  Sifat Kimia &Fisiko Kimia
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P,. dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P, dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam larut larutan alkilhidroksida (FI III). Larut dalam air mendidih dan dalam natrium 1 N; mudah larut dalam etanol (FI IV).
Stabilitas :stabil dalam larutan (fis) ½ dalam larutan yang dibuffer dlm pH asam (kim), tes tengah pada pH 1-2
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

1.5  Sifat Fisiko Mekanika Dari Bahan Aktif
Daya alir :kurang baik.
Kompresibilitas : kurang baik.

1.6  Golongan Obat
Sumagesic merupakan golongan obat bebas.Obat bebas ialah obat yang dapat diperoleh secara bebas tanpa resep dokter dan dapat dibeli apotik, toko obat atau toko biasa.Obat bebas pada wadahnya atau kemasannya diberi tanda khusus dengan diameter tertentu; warna lingkarannya hijau dengan garis tepi hitam.


















BAB II
RANCANGAN PRODUK
2.1 Rancangan Komposisi
      Formula 1 tablet
            R/         Paracetamol                            600 mg
            Polyetilen Glycol (PEG 400)             2 %
            PVP (Polivinilpirolidon)                     8 %
            Laktosa anhidrat                                 qs

Dibuat tablet dengan bobot 750 mg

1. Perhitungan untuk 1 tablet :
Paracetamol                                 600 mg.
PEG 400                                     2 % x 750 = 15 mg.
PVP (Polivinilpirolidon)            8 %  x 750 mg = 60  mg.
Laktosa anhidrat            750 mg – (600 + 15 + 60 ) = 75 mg.
2. Perhitungan 1 batch :
Formula / batch : 1000 tablet
Paracetamol                   600 mg x 1000 = 600.000 mg  = 600 gram
PEG 400                        15  mg x 1000 = 15000 mg = 15 gram
PVP                               60 mg x 1000 = 60000 mg = 60 gram
Laktosa anhidrat            75 mg x 1000 = 75000 mg = 75 gram
Fungsi masing-masing komponen :
Paracetamol 600 mg = zat aktif
PEG 400 = zat pelincir
PVP = zat pengikat dan penghancur
laktosa anhidrat = zat pengisi
2.2. Monografi Tiap Komponen Dalam Formula
1.  PARACETAMOL
BM : 151,16
N-Asetil-4-Aminofenol
C8H9NO2
Pemerian :Hablur atau serbuk hablur ; putih ; tidak berbau ; rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P,. dalam 13 bagian aseton P,dalam 40 bagian gliserol P, dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam larut larutanalkilhidroksida (FI III). Larut dalam air mendidih dan dalam natrium 1 N; mudah larut dalametanol (FI IV)
Suhu : Lebur 1690 sampai 1720.
Sudut pengeringan tidak lebih dari 0,5 %.
Sisa pemijaran tidak lebih dari 0,1 %.
Penetapan kadar dilakukan penetapan dengan cara penetapan kadar Nitrogen, menggunakan 300 mg yang ditimbang seksama dan 8 ml asam sulfat bebas nitrogen P.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Khasiat dan pengguanaan :Sebagai Analgetikum dan antipiretikum.
Dosis : DL :     Sekali : 250 mg
Sehari : 1 gr.
Keterangan : Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Parasetamol memiliki kelemahan karena daya kompaktibilitas yang rendah, sehingga sering mengalami kesulitan dalam pengempaan, karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kompaktibilitasnya.
2. Polyetilen glycol
Pemerian : cairan kental jernih; tidak berwarna atau praktis tidak berwarna ; bau khas lemah, agak higroskopis.
Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol (95 %) P, dalam aseton P dalam glikol lain dan dalam hidrokarbon aromatic ; praktis tidak larut dalam eter P dan dalam hidrokarbon alifatik.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
3. Polivinilpirolidon (PVP)
Pemerian : Serbuk putih, atau putih kekuningan; berbau lemah atau tidak berbau, higroskopis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95 %) P dan dalam kloroform P ; kelarutan tergantung dari bobo molekul rata-rata; Praktis tidak larut dalam eter P.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
4.  Laktosa Hidrat
Laktosa : adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau mengandung 1 molekul airhidrat.
Pemerian : Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa     sedikit manis.
Stabilitas : Stabil di udara tetapi mudah menyerap bau.
Kelarutan : Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air                       mendidih ; sangat sukar larut dalam etanol ; tidak larut dalam kloroform dandalam eter.
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.        

2.3  Latar Belakang Pemilihan Metode
Granulasi basah merupakan metode yang digunakan untuk obat-obat dengan dosis tinggi yang mempunyai sifat alir yang buruk atau sulit dikompresi. Dimana metode ini dapat mencegah terjadinya pemisahan selama proses pencetakan. Kecepatan disolusi zat aktif yang bersifat hidrofob dapat di tingkatkan dengan menggunakan bahan bantu yang bersifat hidrofil.
Dengan demikian metode ini sangat cocok digunakan dalam pembuatan sumagesic yang mengandung zat aktif paracetamol.Sebab paracetamol memiliki sifat alir dan komprebilitas yang kurang baik.Metode ini dilakukan juga untuk mengurangi masalah debu pada proses pencetakan karena sebagian besar zat tambahan yang digunakan berupa serbuk halus.

2.4 Rancangan Kemasan Primer
ü  Ukuran kemasan primer 25 cm x 8 cm
ü  Bahan yang digunakan untuk kemasan primer yaitu aluminium foil. Model kemasan seperti ini sesuai untuk kemasan produk yang peka terhadap lembab dan dapat memungkinkan terjadinya kesempurnaan penyegelan yang baik.
ü  No.Reg dan Exp. Date dan logo terlampir pada penjelasan kemasan sekunder
ü  Sediaan padat berbentuk tablet 750 mg
ü  Pabrik yang memproduksi PT.ALIFATIK FARMA Lab. Manado Indonesia
2.5 Rancangan Kemasan Sekunder
Ø  Ukuran kemasan sekunder 20,5 cm x 6 cm x 7,5 cm
Ø  Dalam kemasan sekunder terdapat 10 strip @ 10 tablet
Ø  Menggunakan kotak karton yang dilipat.
Ø  Obat Sumagesik tergolong Obat Bebas. Obat bebas ialah obat yang dapat diperoleh secara bebas tanpa resep dokter dan dapat dibeli di apotik, toko obat, atau toko biasa. Obat bebas pada wadahnya atau kemasannya diberi tanda khusus berupa lingkaran dengan diameter tertentu; warna lingkarannya hijau dengan garis tepi hitam.
Ø  Logo yang digunakan berdasarkan persetujuan direksi pabrik.
Ø  Mfg. Date yaitu tanggal produksi
Ø  Exp. Date dicantumkan pada wadah obat yang setelah tanggal atau waktu tertentu keamanan pemakaiannya tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi. Bila kadaluwarsa, sesuatu obat tidak lagi memenuhi syarat untuk dipergunakan. Suhu penyimpanan obat sangat berpengaruh; kalau suatu obat tidak disimpan sesuai dengan aturan suhunya, maka ada kemungkinan jauh sebelum tanggal kadaluwarsa yang tercantum, obat itu sudah rusak. Tanggal kadaluwarsa obat ada kaitannya dengan waktu-paruh penyimpanan obat (shelf half-life). Shelf half-life ialah waktu di mana daya-kerja obat tinggal hanya separuhnya. Tiap kenaikan suhu penyimpanan dengan 100 dapat mengurangi waktu-paruhnya dengan 50%. Dengan demikian obat yang seharusnya disimpan pada suhu 50 dan mempunyai waktu-paruh 4 tahun, bila disimpan pada suhu 150 waktu-paruh penyimpananmenurun menjadi 2 tahun. Dan kalau disimpan pada suhu 250, maka waktu-paruh penyimpanan menurun lagi dengan 50% menjadi hanya 1 tahun. Berkurangnya waktu-paruh penyimpanan obat juga berarti bertambah cepat waktu kadaluwarsa obat; dengan kata lain obat sudah rsak biarpun tanggal kadaluwarsa masih jauh.
Ø  HET (harga eceran tertinggi) yaitu harga yang dijual per box. Ditentukan berdasarkan kontrol biaya yang meliputi biaya bahan, biaya kerja dan biaya beban.
Ø  Reg. No. DBL 7000203010A1
D     :   sediaan tersebut menggunakan nama dagang
B      :   golongan obat bebas 
L      :   jenis obat jadi lokal
70    :   periode pendaftaran obat jadi
002 :   no. urut pabrik di Indonesia
030 :   no.urut obat jadi
10    :   bentuk sediaan obat jadi
A     :   kekuatan obat jadi yang pertama disetujui
1      :   kemasan pertama
Kolom I, menunjukkan nama obat jadi
D     :   sediaan tersebut menggunakan nama dagang
G     :   sediaan tersebut menggunakan nama generik
Kolom II, membedakan golongan obat
N     :   golongan obat narkotika
P      :   golongan obat psikotropika
K     :   golongan obat keras
B      :   golongan obat bebas
T      :   golongan obat bebas terbatas
H     :   golongan obat hewan
Kolom III, membedakan jenis produksi
I       :   jenis obat jadi import
E      :   jenis obat jadi eksport
L      :   jenis obat jadi lokal
X     :   jenis obat jadi untuk keperluan khusus
Kolom IV dan V, membedakan periode pendaftaran obat jadi
Kolom VI, VII, dan VIII, menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk masing-masing pabrik
Kolom XII dan XIII, menunjukkan bentuk sediaan obat jadi
Kolom XIV, menunjukkan kekuatan obat jadi
A     :   kekuatan obat jadi yang pertama disetjui
B      :   kekuatan obat jadi yang kedua disetujui         
C      :   kekuatan obat jadi yang ketiga disetujui
Kolom XV, menunjukkan bentuk kemasan berbeda untuk tiap nama
                        (Y.Yamlean, Materi Kuliah PUU Farmasi, Semester Antara, 2008)
Ø  No. Batch. 11081001
1108 :   bulan dan tahun pembuatan (November 2008)
10      :   bentuk sediaan obat jadi
01      :   no.urut
2.6 Rancangan Brosur
            Informasi tentang obat, utamanya obat bebas dapat diperoleh dari etiket atau brosur yang menyertai obat tersebut. Apabila informasi dalam etiket atau brosur obat kurang dapat dipahami, dianjurkan agar menanyakan pada apoteker atau tenaga kesehatan lain.
Pada setiap obat selalu dicantumkan nama obat, komposisi obat, informasi mengenai cara kerja obat, indikasi, aturan pakai, peringatan perhatian, nama produsen, efek samping, kontraindikasi, dan nomor batch/lot. Di samping itu, sebagai tanda izin edar yang absah pada setiap obat harus dicantumkan nomor registrasi.




BAB III
PRODUKSI
3.1  Prosedur Pembuatan Tablet
Urutan Proses:
  1. Penimbangan bahan obat:
Penimbangan bahan obat yang berkhasiat dan bahan tambahan.
  1. Penggerusan dan pencampuran bahan obat :
Bahan obat (Paracetamol), dan zat pembantu (Laktosa Hidrat, PEG 400, ½ bagianPVP) digerus hingga halus dan dicampurkan sampai homogen.
  1. Penambahan cairan :
Setelah campuran menjadi homogen ditambahkan air untuk membasahi.Kemudian dibentuk menjadi granul-granul.
  1. Pengayakan kasar :
Granul-granul kemudian diayak dengan pengayak berukuran mesh12.
  1. Pengeringan granul :
Hasil ayakan ditampung pada loyang dari kayu atau stainless steel yang dilapisi kertas atau kain agar dapat dicuci lagi. Loyang dimasukan kedalam lemari pengering dengan suhu 500 C.

  1. Pengayakan halus :
Setelah dilakukan proses pengeringan dilanjutkan dengan pengayakan (pengayakan halus). Digunakan ayakan dengan pengayak berukuran mesh 20.
  1. Penambahan lubricant :
Setelah diayak, masa tablet ditambahkan dengan talk., +  ½ bagian sisa PVP
  1. Pencampuran  :
Semua bahan dicampur hingga homogen.
  1. Pencetakan tablet :
Setelah dihomogenkan, tablet dimasukan ke dalam alat pencetak tablet.

3.2  Evaluasi
3.2.1 Evaluasi Granul
1.      Granulometri
Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran ukuran-ukuran granul).Digunakan susunan ayakan dengan berbagai ukuran. Mesh terbesar diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh yang makin kecil.
Bj nyata setelah pemampatan = bobot/volume setelah pemampatan
Tujuan granulometri adalah untuk melihat keseragaman dari ukuran granul.Diharapkan ukuran granul tidak terlalu berbeda.Granulometri berhubungan dengan sifat aliran granul. Jika ukuran granul berdekatan, aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran granul mengikuti kurva distribusi normal
-          Timbang 100 gr granul
-          Letakkan granul pada pengayak paling atas
-          Getarkan mesin 5-30 menit, tergantung dari ketahanan granul pada getaran
-          Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak
-          Hitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak

2.      Bobot Jenis
Tujuan: untuk mengetahui keseragaman bobot.
a.       Bobot jenis sejati
BJ sejati merupakan massa granul dibagi volume granul yang tidak termasuk pori granul. Alat piknometer gas.

b.      Bobot jenis nyata
Prosedur: timbang 100 gr granul dan masukkan kedalam gelas ukur, catat volumenya.
      Ket:  (gr/ml)
                             w = bobot granul (gr)
                             v = volume granul tanpa pemampatan (ml)
c.       Bobot jenis mampat
Prosedur: - timbang 100 gr granul dan masukkan ke dalam gelas ukur lalu catat volumenya (V0)
                       - mampatkan 500x dengan alat, catat volumenya (V500)
                       Ket: W = Bobot granul (gr)
                                V500 = Volume granul setelah 500x pemampatan
3.      Kadar Pemampatan

% T = kadar pemampatan
V0 = volume sebelum pemampatan
V500 = volume setelah pemampatan 500x
Syarat: %T < 20 granul memiliki aliran yang baik
4.      Kompresibilitas
   %K = kompresibilitas
                                             Dapt= berat jenis nyata sebelum pemampatan
                                             ave = berat jenis nyata setelah pemampatan 500x
Jika % K: 5-10%      aliran sangat baik
                 11-20%      aliran cukup baik
                 21-25%       aliran cukup
                 > 26%        aliran buruk



5.      Sifat Alir
Uji ini diperlukan untuk mengetahui apakah sifat alir serbuk baik atau tidak. Sifat alir ini merupakan salah satu sifat yang penting diketahui dalam pembuatan tablet karena akan sangat berpengaruh pada keseragaman sediaan atau bobot dan ukuran tablet.
Untuk mengetahui sifat aliran serbuk, dapat juga diketahui dari sudut diamnnya.Serbuk mengalir bebas melalui corong keatas suatu dasar menbentuk suatu kerucut diukur sudut diamnya dengan rumus dibawah ini.Semakin datar kerucut, artinya semakin kecil sudut kemiringannya, maka sifat alir serbuk semakin baik.
                  Tan α =
Keterangan :
      α = sudut diam
      h = tinggi dari kerucut serbuk
      r = jari-hari permukaan dasar kerucut
3.2.2 Evaluasi Tablet
1. Keseragaman ukuran (FI.III, 1979:6)
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 11/3 tebal tablet.
2. Keseragaman sediaan (FI.IV, 1995:999-1000)
    Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan dalam bab ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif.
    Persyaratan keragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan, atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Keseragaman dari zat aktif lain, jika ada dalam jumlah lebih kecil, ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan. Persyaratan keragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan.
    Persyaratan keragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril), dengan atau tanpa bahan inaktif atau zat aktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan cara penyiapan ini.
    Persyaratan keseragaman kandungan dapat diterapkan pada semua sediaan. Uji keseragaman kandungan diperlukan pada tablet bersalut, termasuk tablet bersalut selaput, untuk sistem transdermal, untuk sediaan suspensi dalam wadah dosis tunggal atau dalam kapsul lunak, dan untuk inhalasi bertekanan dengan dosis yang terukur. Uji keseragaman kandungan diperlukan untuk sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) yang mengandung bahan inaktif atau aktif yang ditambahkan, kecuali bahwa uji keragaman bobot dapat diterapkan untuk situasi khusus seperti tercantum di atas.
-    Keragaman Bobot :
Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keragaman bobot, pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang dimaksud (catatan: contoh lain dari satuan uji dapat diambil dari bets yang sama untuk penetapan kadar).
Tablet tidak bersalut; timbang aksama 10 tablet, satu persatu, dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
-    Keseragaman kandungan :
Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan penetapan kadar tiap satuan, pilih tidak kurang dari 30 satuan dan lakukan sebagai berikut untuk bentuk sediaan yang dimaksud.
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, persyaratan keseragaman dosis dipenuhi, jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara 85,5% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.
Jika satu satuan terletak di luar rentang 85,5% hingga 115,0% seperti yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak terpenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari satu satuan dari 30 terletak di luar rentang 85,5% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%.
3.  Waktu Hancur Tablet 
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap obat dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas di antara periode pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk 6 unit sediaan atau lebih.
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan, yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut.
Alat :
Alat terdiri atas suatu rangkaian keranjang, gelas piala berukuran 1000 ml, termostat untuk memanaskan cairan media antara 350 hingga 390 dan alat untuk menaikturunkan keranjang dalam cairan media pada frekuensi yang tetap antara 29 kali hingga 32 kali permenit melalui jarak tidak kurang dari 5,3 cm dan tidak lebih dari 5,7 cm. Volume cairan dalam wadah sedemikian sehingga pada titik tertinggi gerakan ke atas, kawat kasa berada paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan cairan dan pada gerakan ke bawah berjarak tidak kurang dari 2,5 cm dari dasar wadah. Waktu yang diperlukan bergerak ke atas adalah sama dengan waktu yang diperlukan untuk bergerak ke bawah dan perubahan pada arah gerakan merupakan perubahan yang halus, bukan gerakan yang tiba-tiba dan kasar. Rangkaian keranjang bergerak vertikal sepanjang sumbunya, tanpa gerakan horizontal yang berarti atau gerakan sumbu dari posisi vertikalnya.
Rangkaian keranjang: rangkaian keranjang terdiri atas 6 tabung transparan yang kedua ujungnya terbuka, masing-masing dengan panjang 7,75 cm ± 0,25 cm, diameter dalam lebih kurang 2 mm, tabung-tabung ditahan pada posisi vertikal oleh dua lempengan plastik, masing-masing dengan diameter 9 cm, tebal 6 mm, dengan enam buah lubang, masing-masing berdiameter lebih kurang 24 mm dan berjarak sama dari pusat lempengan maupun antara lubang satu dengan lainnya. Pada permukaan bawah lempengan dipasang suatu kasa baja tahan karat berukuran 10 mesh nomor 23 (0,025 inci). Bagian-bagian alat dirangkai dan dikencangkan oleh tiga buah baut melalui kedua lempengan plastik. Suatu alat pengait dipasang pada alat yang menaikturunkan rangkaian keranjang melalui satu titik pada sumbunya, digunakan untuk menggantungkan rangkaian keranjang.
Rancangan rangkaian keranjang dapat sedikit berbeda asalkan spesifikasi tabung kaca dan ukuran kasa dipertahankan.
Cakram: tiap tabung mempunyai cakram berbentuk silinder dengan perforasi, tebal 9,5 mm ± 0,15 mm dan diameter 20,7 mm ± 0,15 mm. Cakram dibuat dari bahan plastik transparan yang sesuai, mempunyai bobot jenis antara 1,18 hingga 1,20. Terdapat 5 lubang berukuran 2 mm yang tembus dari atas ke bawah salah satu lubang melalui sumbu silinder, sedangkan lubang lain paralel terhadapnya dengan radius jarak 6 mm. Pada sisi silinder terdapat 4 lekukan dengan jarak sama berbentuk V yang tegak lurus terhadap ujung silinder. Ukuran tiap lekukan sedemikian hingga bagian yang terbuka pada dasar silinder luasnya 1,60 mm persegi dan pada bagian atas silinder lebar 9,5 mm dan dalam 2,55 mm. Seluruh permukaan cakram licin.
Prosedur
Tablet tidak bersalut: masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 370 ± 20 sebagai mediakecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet; semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya; tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus sempurna.
4.   Uji disolusi  (FI.IV, 1995:1083-1085)
Untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. Bila pada etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam masing-masing monografi, uji disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka digunakan cara pengujian untuk lepas lambat seperti yang tertera pada uji pelepasan obat, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. Dari jenis alat yang diuraikan di sini, pergunakan salah satu sesuai dengan yang tertera dalam masing-masing monografi.
Alat 1: alat terdiri dari sebuah wadah bertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 370 ± 0,50 selama pengujian berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari alat, termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan, goncangan atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Penggunaan alat yang memungkinkan pengamatan contoh dan pengadukan selama pengujian berlangsung. Lebih dianjurkan wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang pas. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari sumbu vertikal wadah, berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur kecepatan digunakan sehingga memungkinkan untuk memilih kecepatan putaran yang dikehendaki dan mempertahankan kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi dalam batas lebih kurang 4%.
Komponen batang logam dan keranjang yang merupakan bagian dari pengaduk terbuat dari baja tahan karat tipe 316 atau yang sejenis sesuai dengan spesifikasi. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, gunakan kasa 40 mesh. Dapat juga digunakan keranjang berlapis emas setebal 0,0001 inci (2,5 mm). Sediaan dimasukkan ke dalam keranjang yang kering pada tiap awal pengujian. Jarak antara dasar bagian dalam wadah dan keranjang adalah 25 mm ± 2 mm selama pengujian berlangsung.
Alat 2: sama seperti alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung. Daun dan batang logam yang merupakan satu kesatuan dapat dapat disalut dengan suatu penyalut inert yang sesuai. Sediaan dibiarkan tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar. Sepotong kecil bahan yang tidak bereaksi seperti gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan.
Uji kesesuaian alat: lakukanlah pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet kalibrator disolusi FI jenis disintegrasi dan 1 tablet kalibrator disolusi FI jenis bukan disintegrasi sesuai dengan kondisi percobaan yang tertera. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari kalibrator yang bersangkutan.
Media disolusi: gunakan pelarut seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. Bila media disolusi adalah suatu larutan dapar, atau pH larutan sedemikian hingga berada dalam batas 0,05 satuan pH yang tertera pada masing-masing monografi. (cat: gas terlarut dapat membentuk gelembung yang dapat merubah hasil pengujian. Oleh karena itu, gas terlarut harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum pengujian dimulai).
Waktu: bila dalam spesifikasi hanya terdapat satu waktu, pengujian dapat diakhiri dalam waktu yang lebih singkat bila persyaratan jumlah minimum yang terlarut telah dipenuhi. Bila dinyatakan dua waktu atau lebih, cuplikan dapat diambil hanya pada waktu yang ditentukan dengan toleransi ± 2%.
5.  Kekerasan
Kekerasan tablet berbeda karena komposisi/formulasi, metode granulasi dan tekanan yang digunakan pada percetakan tablet. Kekerasan tablet merupakan fungsi dari pengisian ruang cetak dan tekanan pada saat kompresi. Pada pengisian ruang cetak yang konstan, kekerasan meningkat dengan meningkatnya gaya kompressi.
Alat : hardness tester
Prosedur : tablet diletakkan di antara celah pada alat tersebut, lalu alat diputar sampai tablet pecah. Skala yang ditunjukkan pada alat tersebut dibaca.
Penafsiran hasil : kekerasan minimal 4 kg/cm2, maksimal 10 kg/cm2 umumnya cukup baik.
6.  Friabilitas (kerenyahan)
Untuk menguji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan pada saat pengemasan, transportasi dan penyimpanan serta menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet.
Alat : friabilator Roche
Prosedur : bersihkan sejumlah tablet dari debu kemudian timbang dan masukkan pada alat, putar dengan kecepatan 25 rpm, sebanyak 100 putaran, menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada setiap putaran. Tablet kemudian dibersihkan lalu timbang kembali.
Syarat : kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1 % masih dapat dibenarkan. Beberapa tablet kunyah dan tablet busa mengalami kehilangan berat friabilitas tinggi.






















































BAB V
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Pada proses pembuatan tablet sumagesic yang mengandung zat aktif parasetamol 600 mg, di gunakan zat tambahan dengan menggunakan  laktosa hidrat, sebagai  zat pengisi untuk mencukupkan bobot tablet. PVP  sebagai zat pengikat untuk mempersatukan partikel-partikel (butir-butir) menjadi butir-butir  yang lebih besar (butir-butir granul), dan butir-butir granul menjadi tablet. Selain itu juga, bahan ini berfungsi sebagai  zat penghacur untuk mempermudah tablet menjadi hancur. PEG 400 sebagai zat pelincir.
Zat aktif parasetamol memiliki  sifat kompresibilitas dan sifat alir yang kurang baik., sehingga di gunakan proses granulasi basah.
Tablet Sumagesic 600 mg  ada yang memiliki tablet berwarna putih, dan ada pula yang berwarna kuning. Pada pembuatan tablet sumagesic yang  kami lakukan, tablet menghasilkan warna kuning. Hal ini disebabkan, karena penggunaan dari zat tambahan laktosa, prasetamol yang memiliki gugus amin.jika dicampurkan dengan laktosa akan  menghasilkan warna kuning pada tablet.   (+dari setiap uji).
Sediaan tablet dengan Z.a 600 mg dianggap rasional dengan mempertimbangkan dosis lazim dan dosis maksimum dan diharapkan dapat memberikan efek terapi yang baik. Selain itu, waktu hancur harus diperhatikan dalam pembuatan tablet terutama dalam penggunaan oral, kecuali untuk tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas lambat.
B.     Saran
1.      Sebaiknya dilakukan praktikum terlebih dahulu agar mahasiswa lebih mampu dalam merancang suatu formulasi obat.
2.      Saya mengharapkan dengan adanya formulasi pembuatan tablet parasetamol ini, dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi para pembaca, sehingga dapat lebih mengerti dan memahami tentang bagaimana cara memformulasi tablet khususnya tablet parasetamol, serta cara pembuatan tablet dengan menggunakan metode granulasi basah.





DAFTAR PUSTAKA
Anief.Moh, 2004, Ilmu meracik Obat Teori dan Praktik.Yogyakarta. Gadja Mada     University Press.

Ansel C. Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV Jakarta.Penerbit         Universitas Indonesia.

Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2001, Informatonum Obat Nasional Indonesia 2000, Jakarta.

Kula N. Agustince, 2007, Diktat Formulasi Tablet, Tomohon. UKIT.

Lachman leon, dkk. 1994. Teori dan praktek farmasi industri. UI press, jakarta.

Mongi, Jeane,2004, Formulasi Sanbutamol.

Sulaiman Djohan, Diktat tablet (Teknologi Resep).

Syamsuni. 2006. Farmasetika dasar dan hitungan farmasi. EGC, jakarta.